WARGA
NEGARA “CERDAS” HADAPI COVID-19
Sudah sekitar 103
negara terinfeksi oleh COVID-19, virus corona yang berasal dari Wuhan, Provinsi
Hubei, Tiongkok Tengah. Dari kasusnya yang telah mencapai lebih dari 112.000,
lebih dari lebih dari 50 persen sudah dinyatakan sembuh. World Health
Organization (WHO) telah menyatakan virus corona sebagai pandemi global.
1. Apakah orang tua rentan terkena COVID-19?
Data menunjukkan
tingkat kematian lebih banyak merenggut kaum manusia lanjut usia (manula). Namun,
tidak hanya manula, bahkan generasi muda pun dapat tertular COVID-19 jika tidak
menjaga diri. Biasanya, manula memang rentan terkena COVID-19 dikarenakan
sistem imun tubuh yang sudah tidak seprima dulu. Selain itu, manula yang
memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes, penyakit pernapasan,
atau penyakit parah lainnya memiliki kemungkinan besar untuk tertular COVID-19
akut. Mereka dengan sistem imun yang lemah (atau pengidap AIDS) juga sama
rentannya tertular COVID-19.
2. Apakah COVID-19 perlu dikhawatirkan?
Sebanyak 80 persen
kasus COVID-19 bersifat "ringan", sehingga perawatan yang cukup dapat
memulihkan mereka segera dalam waktu cepat. Namun, dikarenakan penyebarannya
yang cepat, tidak ada salahnya untuk tetap waspada pada penyebaran COVID-19. Jika kamu merasakan
gejala-gejalanya, maka jangan ragu untuk berobat ke rumah sakit.
3. Apakah gejala-gejala COVID-19
Gejala-gejala utama COVID-19 adalah:
- Demam,
- Rasa
lelah, dan
- Batuk
kering.
Namun, tidak jarang gejala-gejala seperti hidung
tersumbat atau meler, diare, dan susah bernapas mengikuti ketiga gejala
tersebut. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pada manula atau mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung,
hipertensi, atau pernapasan, lebih rentan terkena COVID-19 akut. Akan tetapi,
jika tidak ada riwayat penyakit, sebanyak 80 persen dari kasus-kasus global
dinyatakan sembuh tanpa perawatan intensif.
4. Apakah COVID-19 sama dengan SARS
dan MERS?
Sekadar penjelasan singkat, Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS-CoV) yang berawal dari 2003 dan Middle East
Respiratory Syndrome (MERS-CoV) pada 2012 memang sama-sama menyerang
pernapasan, sama seperti COVID-19. Meskipun disebabkan oleh jenis virus yang
sama, yaitu virus corona, COVID-19, dan MERS serta SARS memiliki jenis virus
corona yang berbeda.
Dari segi mortalitas, COVID-19 - dengan persentase
mortalitas sebesar 2 persen - kalah dibandingkan SARS dan MERS (jika berbicara
angka kematian murni karena penyakit). Namun, dari segi penularan, COVID-19
jauh lebih pesat dibandingkan SARS dan MERS.
5. Perlukah saya menggunakan masker?
Masker untuk keadaan seperti ini lebih disarankan agar
dipakai oleh:
- Pengidap
COVID-19, dan
- Tenaga
medis yang merawat pasien COVID-19.
Sekali lagi, berhenti membeli atau menggunakan masker
jika kamu memang tidak perlu. Dikarenakan praktik beli massal, WHO sempat
mengumumkan status krisis masker. Hal tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan
tidak melakukan panic buying dan hoarding. Kalau
kamu ingin bersin atau batuk, gunakan tisu atau siku tangan untuk menutup
hidung dan mulut, bukan masker. Selain itu, jaga jarak 1 - 3 meter agar orang
tidak terciprat batuk atau bersinmu
6. Apakah kelelawar penyebab
COVID-19?
Jawabannya belum
pasti. Studi dari WHO pada akhir Februari menyatakan bahwa kelelawar memang
sumber dari COVID-19. Namun, inang perantara yang menularkan COVID-19 kepada
manusia masih diselidiki. Sejauh ini,
suspek terbesar jatuh pada hewan trenggiling, salah satu satwa yang menjadi
komoditas pasar gelap di Tiongkok. Namun, hal tersebut masih belum dapat
dipastikan.
7. Apakah COVID-19 dapat melekat pada benda mati?
Jawabannya,
"iya".
COVID-19 dapat
menempel pada benda mati atau barang selama beberapa jam atau beberapa hari
jika tidak secepatnya dibersihkan dengan disinfektan. Namun, ketahanan COVID-19
menempel pada satu benda tergantung dari beberapa faktor seperti suhu,
kelembapan, dan jenis permukaan. Sesudah membersihkan barang yang terpapar
COVID-19 dengan disinfektan, segera bersihkan tangan dengan alkohol atau sabun.
Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut.
8. Apakah COVID-19 sudah ada obatnya?
Sejauh ini,
berbagai kabar beredar bahwa obat anti-retrovirus (ARV) yang digunakan
untuk mengobati pengidap AIDS dan obat malaria dapat mengobati COVID-19. Malah,
orang Indonesia menggunakan perawatan tradisional untuk menangkal COVID-19. Meskipun
meringankan gejala COVID-19, WHO "sebenarnya" tidak menyarankan hal
tersebut. Bahkan, WHO melarang konsumsi antibiotik sebagai tindakan pencegahan
atau pengobatan COVID-19. Kecuali kamu memang mengalami penyakit lain yang
membutuhkan antibiotik. Hingga saat ini, vaksin dan obat untuk COVID-19 masih
dalam tahap penelitian.
9. Apakah hewan peliharaan dapat menularkan COVID-19?
Pertanyaan ini
diajukan setelah munculnya kasus COVID-19 di Hong Kong yang menyerang seekor
anjing peliharaan. Anjing tersebut menjadi satu-satunya hewan yang diisolasi. WHO
menyatakan bahwa COVID-19 tidak dapat ditularkan dari hewan peliharaan apapun,
baik anjing maupun kucing. Tidak ada dasar ilmiah yang mendukung penyebaran
COVID-19 lewat hewan peliharaan. Namun kamu tetap perlu menjaga kebersihan
dengan rajin mencuci tangan setelah melakukan kontak dengan hewan peliharaanmu.
10. Apakah ada hal lain yang tidak boleh dilakukan
demi mencegah COVID-19?
Jika ingin mencegah COVID-19, pastinya, sayangilah
pernapasanmu. Hal tersebut bisa kamu lakukan dengan cara:
- Tidak
merokok,
- Tidak
menggunakan masker berlapis-lapis, dan
- Tidak
mengonsumsi antibiotik (lihat pertanyaan no.8).
Sekali lagi, jika kamu memang mengalami gejala-gejala COVID-19,
segera laporkan dirimu ke rumah sakit rujukan virus corona, agar segera dirawat
sebelum parah.
Selalu jaga kesehatan dengan cara rajin mencuci tangan
dengan sabun, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, hindari kerumunan, serta
cegah penyebaran covid-19 dengan cara
“STAY AT HOME”.
Sumber : https://kaltim.idntimes.com/news/indonesia/alfonsus-adi-putra-alfonsus/faq-virus-corona-covid19-regional-kaltim/full